Deteksi virus hepatitis di Indonesia
dalam materi biasanya tidak ada.
Sekitar 5-10% kasus sirosis dan penyakit hati kronis lainnya disebabkan oleh HBV kronis. Penanda aktivitas penyakit tersebut adalah HBeAg dan DNA virus dalam serum. PCR
memungkinkan untuk menentukan DNA HBV baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada bahan uji( darah, hati yang membandel).Penentuan HBV secara kualitatif dalam materi memungkinkan untuk mengkonfirmasi adanya virus di tubuh pasien dan dengan demikian menetapkan patogenesis penyakit ini. Metode kuantitatif untuk menentukan kandungan DNA HBV pada bahan uji memberikan informasi penting tentang intensitas penyakit, keefektifan pengobatan dan pengembangan resistensi terhadap obat antiviral. Untuk diagnosis hepatitis virus dengan menggunakan metode PCR dalam serum, sistem uji saat ini digunakan, sensitivitasnya adalah 50-100 eksemplar dalam sampel, yang memungkinkan virus terdeteksi pada konsentrasi 5x103-104.PCR dalam viral HBV tentu diperlukan untuk menilai tentang replikasi virus. DNA virus dalam serum terdeteksi pada 50% pasien dengan tidak adanya HBeAg. Bahan untuk mendeteksi DNA HBV bisa serum, juga limfosit dan hepatobiobaptam. Evaluasi hasil penelitian DNA HBV dalam banyak hal serupa dengan yang dijelaskan untuk HCV.
Deteksi DNA HBV pada bahan PCR diperlukan dalam kasus berikut:
■ resolusi hasil studi serologis yang dipertanyakan;
■ deteksi stadium akut penyakit dibandingkan dengan infeksi atau kontak yang ditransfer;
■ memantau keefektifan pengobatan antiviral.
Ada hubungan antara hasil HBV akut dan konsentrasi DNA HBV pada darah pasien. Dengan tingkat viremia yang rendah( kurang dari 0,5 pg / μl), proses infeksi kronis hampir nol, pada konsentrasi DNA HBV dari 0,5 sampai 2 pg / ml, prosesnya terjadi pada 25-30% pasien,
dan dengan tingkat viremia tinggi.lebih dari 2 pg / ml) HBV akut sering berubah menjadi kronis. Indikasi
untuk pengobatan interferon HBV kronis harus dipertimbangkan adanya marker replikasi virus aktif( deteksi DNA HBsAg, HBeAg dan HBV dalam serum selama 6 bulan sebelumnya).Kriteria untuk mengevaluasi keefektifan pengobatan adalah hilangnya DNA HBeAg dan HBV dalam darah, yang biasanya disertai dengan normalisasi aktivitas transaminase dan pengampunan jangka panjang penyakit ini.