Udara terkontaminasi sebagai penyebab kematian
Sekitar tiga juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkembang akibat polusi udara. Angka ini melebihi jumlah kematian akibat infeksi HIV dan malaria yang disatukan. Dari kematian yang telah terjadi melalui kesalahan polusi udara, sekitar sepertiga jatuh pada stroke dan serangan jantung. Diasumsikan bahwa tingkat kematian akibat polusi udara hanya akan meningkat dan pada tahun 2050 jumlahnya bisa mencapai lebih dari 6 juta orang. Kesimpulan ini dibuat oleh ilmuwan Jerman.
Di Jerman, Institut Kimia Max Planck melakukan studi yang relevan. Secara khusus, mereka terlibat dalam Jos Leliver bersama rekan-rekannya yang sampai pada kesimpulan ini. Mereka mempelajari hubungan antara tujuh kategori emisi yang berbeda( baik di daerah perkotaan maupun pedesaan) dan tingkat kematian dini. Untuk mempelajari masalah ini, mereka menggunakan model global yang mencerminkan keseluruhan komposisi kimia atmosfer.
Selama studi tersebut, ilmuwan Jerman menemukan bahwa bahaya terbesar bagi manusia diwakili oleh partikel padat yang memiliki diameter 0,0025 mm. Komponen ini dari udara tercemar yang bisa menembus jauh ke dalam paru-paru saat bernafas sehingga menimbulkan berbagai penyakit.
Juga para ilmuwan telah mengidentifikasi penyebab polusi udara yang paling umum di negara-negara yang menyebabkan kematian dini. Secara khusus, di Asia, peran utama dalam hal ini termasuk emisi yang terjadi dalam pelaksanaan rumah tangga. Misalnya, polusi udara seperti itu dapat dikaitkan dengan pembakaran kayu dan batu bara, yang diperlukan untuk memasak dan memanaskan perumahan. Juga banyak emisi berbahaya ke atmosfer terkait dengan penggunaan solar. Jenis polusi udara di India menyebabkan sekitar 50-70% korban jiwa, dan di China - sekitar 30%.
Di Amerika Serikat, paling sering atmosfer tercemar oleh emisi dari pembangkit listrik dan transportasi. Dengan jenis polusi atmosfer ini, para ilmuwan mengasosiasikan sekitar 20% hasil mematikan berbagai penyakit. Secara terpisah, perlu dicatat negara bagian timur Amerika, di mana emisi berbahaya utama ke udara turun karena aktivitas pertanian aktif. Alasan yang sama adalah akar kematian dini karena polusi udara di Asia Timur dan Rusia. Dengan itu, para ilmuwan mengasosiasikan sekitar 40% hasil mematikan yang tercatat di wilayah ini.
Semua hasil penelitian di atas dipublikasikan di jurnal Nature.
Seperti artikelnya? Berbagi dengan teman dan kenalan: